Kesiapsiagaan perlu ditingkatkan guna menghadapi potensi kebakaran hutan dan lahan gambut di Provinsi Riau. BMKG memprediksi musim kemarau tahun ini akan lebih kering. BPBD Riau melaporkan sampai pertengahan tahun 2019, lebih dari 3000 hektar lahan gambut di Provinsi Riau terbakar.
Sehubungan hal tersebut, pada tanggal 9 dan 10 Juli 2019, Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG), Nazir Foead didampingi Wakil Gubernur Riau, Eddy Natar Nasution meninjau langsung sekat kanal dan kegiatan revitalisasi ekonomi di Kabupaten Bengkalis dan Rokan Hilir (Rohil).
Kerja berat merestorasi gambut yang rusak akibat pengeringan dan kebakaran tidak hanya sekadar membangun sekat kanal, namun juga memfasilitasi petani dan para pihak melakukan budidaya pertanian ramah gambut. Kepala BRG juga menyampaikan bahwa, tugas BRG tidak hanya membasahi gambut dan mencegah munculnya titik panas, tapi perlu mengupayakan masyarakat bisa manfaatkan ekosistem gambut dengan cara yang ramah gambut.
Dalam kunjungannya, Kepala BRG dan Wakil Gubernur sempat berbincang-bincang dengan Tugiyanto, warga Desa Bandar Jaya, Siak Kecil, Bengkalis. Keduanya mendengar motivasi Tugiyanto bertanam bawang, termasuk keluhan anjloknya harga sawit. Sudah setahun belakangan Tugiyanto tak menanam lahan gambutnya dengan sawit, melainkan dengan hortikultura seperti bawang, kencur, jahe, tomat, cabai rawit dan seledri. Khusus untuk bawang, Tugiyanto menyediakan lahan setengah hektar lebih. Sampai saat ini, pak Tugiyanto sudah panen dua kali dengan rata-rata 200 kilogram sekali panen dimana jika dirupiahkan, hasilnya cukup memadai untuk kebutuhan rumah tangga.
Selain petani cabai ataupun bawang, BRG di Bengkalis memberikan bantuan sapi ke kelompok masyarakat. Khusus di Desa Sadar Jaya, ada 15 sapi betina dan satu jantan diserahkan pada tahun 2018 lalu. Selain menjaga kebasahan gambut, kelompok masyarakat dampingan diberikan ternak dan diajarkan cara membuat pakan sapi dari sawit dan pupuk kompos. Pupuk kandang ini juga diberikan kepada kelompok masyarakat lainnya yang bertanam cabai dan bawang, seperti yang dilakukan Tugiyanto.
Hari kedua kunjungan , Kepala BRG berdialog dengan Kelompok Masyarakat di Desa Teluk Nilap dan melihat panen cabe di Desa Sei Segajah, Kabupaten Rohil sekaligus meninjau kesiapan IPG (Infrastruktur Pembasahan Gambut) yang telah dibangun di tahun 2018. Penduduk setempat mengatakan mereka terbantu dengan adanya sekat kanal, air sekat kanal dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman kebun cabe mereka, yang minggu ini memasuki masa panen raya cabe.
Sejak 2018 BRG telah membantu membangun 142 Sekat Kanal dan ternak sapi di kepenghuluan (desa) Teluk Nilap dan seluruhnya dikelola oleh 17 kelompok masyarakat. “Alhamdulilah sekarang desa kami sudah tidak terbakar parah seperti dulu di 2015, namun kami masih membutuhkan mesin pompa air dan peralatan pemadaman,” ujar Kepala Penghulu Teluk Nilap, Gamal Bacik dalam sambutannya.
Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Kabupaten Rohil, Feri Hapraya menyampaikan bahwa Rohil, yang identik dengan kebakaran hutan. Menurut dia masih ada perilaku masyarakatnya yang secara tidak sengaja memicu kebakaran. Sosialisasi pada masyarakat tentang pentingnya menjaga lahan gambut masih diperlukan, untuk itu perlu tambahan satu periode lagi masa kerja BRG agar program bisa berkesinambungan.
“Pengembangan budidaya komoditi ramah gambut 100 persen efektif mampu menekan kebakaran, karena gambutnya ditanami secara produktif, dijaga tata airnya sehingga masyarakat tidak mau kebunnya terbakar,” ujar Kepala BRG disela kunjungan kerja di Riau.