Indonesia terkenal sebagai negara maritim dengan luas wilayah teritorial mencapai 6,32 juta kilometer (km) persegi dan panjang garis pantai mencapai 81.000 km persegi.
Tak heran, Indonesia memiliki kekayaan laut yang beraneka ragam, seperti perikanan, mangrove, dan terumbu karang.
Pada 2021, sektor perikanan Indonesia berkontribusi pada penambahan pendapatan negara sebesar Rp 188 triliun.
Hal itu tak terlepas dari peran para nelayan yang mengelola dan memanfaatkan hasil laut sehingga dapat dinikmati seluruh kalangan, sekaligus memenuhi kebutuhan protein masyarakat.
Pada 1960, pemerintah Indonesia mencetuskan Hari Nelayan Nasional yang dirayakan setiap 6 April sebagai bentuk apresiasi dan dukungan memajukan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Salah satu contoh upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dijalankan Kelompok Masyarakat (Pokmas) Setokok Mandiri dengan melibatkan nelayan setempat dalam kegiatan rehabilitasi mangrove.
Pokmas memberikan edukasi kepada nelayan terkait fungsi, cara menanam, dan merawat mangrove guna meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga ekosistem mangrove.
Ketua Pokmas Setokok Mandiri Pungkas Semi mengatakan, pihaknya melibatkan para nelayan setempat untuk berpartisipasi pada kegiatan rehabilitasi mangrove agar pendapatan mereka bertambah.
“Nelayan terkena dampak pandemi yang cukup berat, akibatnya para nelayan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sehari–hari,” ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (6/4/2022).
Pada September 2021, Pokmas Setokok Mandiri turut melakukan penanaman mangrove bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) di kampung Sungai Besar, Kelurahan Setokok, Batam, Kepulauan Riau.
Sampai saat ini, kawasan mangrove, termasuk mangrove yang ditanam Presiden Jokowi, berada di bawah supervisi Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Sei Jang Duriangkang masih terpelihara dengan baik.
Pokmas tersebut mengelola wilayah rehabilitasi mangrove seluas 15 hektar (ha) dan berhasil melakukan pembibitan mangrove sejumlah 100.000 bibit dengan jenis mangrove propagul.
Melalui kegiatan penanaman tersebut, anggota pokmas memiliki pendapatan hari orang kerja (HOK) sebesar Rp 140.000 per hari sehingga upah per bulan setiap anggota mencapai Rp 4,2 juta.
Pendapatan tambahan dari mangrove ini sangat disyukuri masyarakat pesisir, salah satunya Buyung yang juga merupakan anggota Pokmas Setokok Mandiri.
“Adanya penanaman mangrove sangat membantu meningkatkan pendapatan saya. Saat pandemi Covid-19 seperti ini penjualan dari laut tidak seramai dulu,” kata Buyung.
Namun, katanya, saat ini kesadaran masyarakat untuk menjaga ekosistem mangrove mulai meningkat.
Dia mengatakan, dulu masyarakat merusak ekosistem mangrove untuk membuka lahan tambang pasir dan menjadikan mangrove sebagai bahan dasar pembuatan arang dapur.
Selain itu, kendala rehabilitasi mangrove lain yang juga dialami, yaitu kurangnya biaya untuk perawatan.
Oleh karenanya, biaya perawatan mangrove yang rusak semampunya ditanggung para anggota. Dengan demikian, diperlukan uluran tangan pemerintah dalam hal ini.
Ketua Kelompok Kerja (Kapokja) Rehabilitasi Mangrove Wilayah Sumatera, Onesimus Patiung berharap ke depan pihaknya akan melibatkan masyarakat pesisir.
“Khususnya para nelayan untuk aktif terlibat dan memiliki kesadaran dalam menjaga ekosistem mangrove,” sebutnya.
Onesimus menambahkan, kegiatan rehabilitasi mangrove termasuk dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang sedang dijalankan pemerintah dengan tujuan membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
Penanaman mangrove juga diharapkan membawa manfaat, yakni mencegah abrasi, menjaga habitat di sekitar mangrove, serta menyerap dan menyimpan karbon untuk mendukung pelestarian ekosistem mangrove.