Sebagai persiapan menghadapi puncak musim kemarau 2020 dan potensi kebakaran hutan-lahan (karhutla), Badan Restorasi Gambut (BRG) mengadakan kegiatan Sosialisasi Digital Pengelolaan Gambut Tingkat Provinsi Jambi pada Rabu, 8 Juli 2020 dengan mengundang Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BPPD) Provinsi Jambi sebagai pembicara.
Kegiatan ini turut mengundang Organisasi Perangkat Daerah Provinsi, Kabupaten, Tim Restorasi Gambut Daerah, Kementerian/Lembaga terkait, organisasi non-pemerintah, perusahaan dan akademisi. Bahkan wakil Satgas Karhutla Provinsi hadir Kapolda dan Komandan Korem 042 di ruang Sosialisasi Digital. Suatu kehormatan dan apresiasi untuk semangat gotong royong dan koordinasi kerja sama pencegahan dan penanganan karhutla.
Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan informasi kebijakan dan kegiatan restorasi ekosistem gambut yang telah dilakukan BRG serta berkoordinasi mendukung keberhasilan upaya restorasi dan mencegah karhutla. Dan salah satu upaya pencegahan tersebut adalah pembasahan ekosistem gambut dengan pembangunan IPG (infrastruktur pembasahan gambut) merupakan upaya awal pencegahan kebakaran. Namun demikian, kita perlu tetap waspada karena kekeringan dan penurunan tinggi muka air yang berpotensi menyebabkan karhutla sangat mungkin terjadi.
Untuk mengantisipasi turunnya tinggi muka air gambut dan menjaga kelembaban gambut, BRG kemudian memfasilitasi gugus tugas yang terdiri dari Tugas Pembantuan Tim Restorasi Gambut Daerah bekerja sama dengan Polda Jambi, serta kelompok masyarakat BRG yang juga anggota MPA, untuk melakukan pembasahan ekosistem gambut melalui pemanfaatan Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG) yang dibangun sejak 2017. Tercatat sejak 2017 hingga 2020, sudah ada 1.184 IPG yang dibangun oleh BRG bersama mitra di Provinsi Jambi, terdiri dari 584 unit sumur bor dan 603 sekat kanal.
Infrastruktur ini diharapkan dapat membantu menjaga tingkat kebasahan sekitar 86,165 hektare lahan gambut yang ada di luar areal konsesi. Sedangkan target restorasi pada area konsesi perkebunan seluas 38.953, 65 hektar dengan realisasi pelaksanaan mencapai 38.019,96 hektar atau dengan persentase capaian 97,60%.
Saat ini, berkat kemajuan teknologi dan rekayasa digital, penurunan muka air tersebut bisa dipantau dan dideteksi dengan alat pemantau tinggi muka air yang disebut SIPALAGA (Sistem Pemantauan Air Lahan Gambut). Sistem ini dibentuk hasil kerjasama BRG dengan BPPT, yang akan mencatat penurunan tinggi muka air di dua KHG restorasi gambut provinsi Jambi yaitu KHG Sungai Baung – Betara dan KHG Sungai Mendahara – Batanghari pada Juni 2020. KHG sungai Baung – Betara memiliki nilai rataan TMA yang sedikit lebih rendah, yaitu -0.17m sementara KHG Sungai Mendahara – Batanghari memiliki nilai rataan TMA sebesar -0.16m. Kedua KHG terpantau di Provinsi Jambi masih memiliki nilai rataan tinggi muka air di atas -0,4m sepanjang bulan Juni atau berada pada status siaga.
BRG kemudian menyampaikan imbauan bahwa status siaga ini perlu untuk terus diwaspadai. BMKG dalam laporannya menyatakan bahwa curah hujan di dua KHG ini berada di status rendah dan menengah selama bulan Juli. Curah hujan dasarian per 1 Juli 2020 di KHG Sungai Baung- Betara adalah 20 – 50 mm atau rendah, sedangkan di KHG Sungai Mendahara-Batanghari adalah 20 – 75 mm atau rendah hingga menengah.
Pemantauan tinggi muka air dengan memberdayakan kelompok masyarakat (pokmas), yang kemudian membuat laporan rutin. Jika status TMA siaga atau bahaya, pokmas akan berkoordinasi kepada Kepala Desa setempat. Mereka menyadari fungsi penting alat TMA ini, dan menyampaikan pentingnya menjaga tinggi muka air dan posisinya sebagai deteksi dini cegah kebakaran. Sampai Juni 2020, sudah terpasang 16 alat TMA di provinsi Jambi. Alat ini sering diperiksa secara teratur untuk memastikan alat deteksi dini aman, berfungsi baik serta dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan ekosistem gambut dan pencegahan kebakaran.