Selain untuk percepatan pemulihan ekosistem gambut yang rusak, sasaran akhir program restorasi gambut adalah juga peningkatan kesejahteraan masyarakat yang hidup di sekitar lahan gambut. Ada banyak program dan pendekatan yang sudah dilakukan Badan Restorasi Gambut bersama-sama masyarakat meningkatkan kehidupan ekonomi dan sekaligus menjaga tata kelola gambut yang baik.
Salah satunya adalah pelatihan dan peningkatan kapasitas petani dalam mengolah lahan gambut tanpa membakar. Ada banyak inovasi pengolahan lahan gambut tanpa membakar yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan warga. Salah satunya adalah budidaya kopi liberika. Hal ini penting sekaligus menjaga ekosistem gambut agar tidak dilanda kebakaran hebat.
Kopi liberika (Coffea liberica) sudah lama dikenal sebagi varietas kopi yang cocok tumbuh di lahan gambut. Dulu, sempat menjadi komoditas yang populer di lahan gambut di Kalimantan Tengah. Namun kemudian ditinggalkan karena sulitnya mengolah lahan tersebut. Kini, komoditas itu dihidupkan kembali dengan cara pengolahan tanpa membakar. Salah satu petani yang gigih menghidupkan budidaya kopi Liberika adalah Sujarno (75), warga Gandang Barat, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Kalteng). Ia generasi pertama warga kampung transmigran di kabupaten itu yang datang bersama ratusan keluarga lain pada 1982. Sekarang desanya masuk dalam program pendampingan Badan Restorasi Gambut (BRG). Ia dan beberapa kelompok generasi lawas lainnya didampingi BRG melalui Kemitraan.
Ada banyak komoditas lain dari lahan gambut dan ragam inovasi pengolahan lahan gambut tanpa membakar untuk pemenuhan biaya hidup sehari-hari masyarakat, seperti sekolah anak dan biaya kesehatan. Petani lahan gambut adalah pelaku inovasi, sekaligus menjaga lingkungan gambut dengan baik.
Silakan buka tautan berikut untuk cerita lebih lengkap: https://kompas.id/baca/humaniora/ilmu-pengetahuan-teknologi/2020/04/01/menikmati-kopi-liberika-lahan-gambut-tor-gambut-