SLPG (Sekolah Lapang Petani Gambut) Provinsi Kalimantan Tengah dimulai hari ini 10 September 2020, dimana sambutan pembukaan kemarin di Desa Handil Sohor, Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Tahun ini kegiatan SLPG yang dibina Badan Restorasi Gambut di Provinsi Kalimantan Tengah meliputi 35 peserta dari 10 desa di dua kecamatan.
Pelatihan metode bertani tanpa bakar dalam rangkaian SLPG ini berlangsung selama 4 hari. Para petani mendapat materi terkait konsep dasar ekosistem gambut, teknik fasilitasi kelompok tani, hingga praktik langsung pembuatan pupuk organik , pembenah tanah dan pestisida alami. Tidak lupa diberikan materi pengenalan pemasaran.
Pembukaan dilakukan secara resmi Dr.Ir Suwignya Utama, MBA, selaku kepala Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRG. Beliau mengajak seluruh peserta untuk mengolah lahan dengan bijak dan ramah lingkungan, menggunakan sistem Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) dengan teknik yang telah diajarkan dikegiatan sebelumnya, misalnya dengan menggunakan pupuk cair F1 embio yang dapat meningkatkan pH, mengurangi tingkat keasaman lahan gambut.
Menurut Bapak Suwignya Utama, bahwa masa kerja BRG hanya 5 (lima) tahun terhitung sejak 2016, dan dalam pelaksanaan program yang sudah ada diharapkan petani mampu bertani secara mandiri dan dapat menggunakan APBD/Dana Desa dalam melanjutkan program-program BRG.
Acara pembukaan juga dihadiri oleh Bapak Syahrial – Camat Mentaya Hilir Selatan, Bapak Muhammad Yusuf – Kepala Desa Handil Sohor, Heru Koeswoyo – Kepala BPD Desa Handil Sohor, Bapak Ridwanto, Sekretaris Dinas Pertanian Kotawaringin Timur serta pejabat-pejabat desa dan tokoh masyarakat. Sekretaris Dinas Pertanian Kotawaringin Timur, Bapak Ridwanto setelah pembukaan menyampaikan pentingnya kegiatan semacam ini dalam mendukung program pemerintah dan optimisme harapannya terhadap SLPG yang diadakan BRG,“Saya berharap dukungan program semacam ini dalam menyukseskan program Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau dalam pengembangan kawasan Program Pangan Terpadu”.
Salah satu peserta SLPG Endro Kasiono, dari desa Halimaung Jaya mengatakan dengan antusias, bahwa pelatihan seperti ini sangat penting untuk meningkatkan kemampuan petani, khususnya dalam mengelola lahan gambut tanpa bakar, karena tantangan bertani di lahan gambut sangat unik dan harus hati-hati dan menghindari penggunaan api. Petani sangat senang mendapatkan pengetahuan tentang inovasi baru tentang bagaimana pembuatan pupuk organik, nutrisi tanaman, dan bagaimana cara pengendalian hama terpadu.
Sebagaimana diketahui, lahan gambut punya karakteristik yang unik. Karena itu petani harus diajarkan untuk bertani secara alami dan tanpa bakar dengan tetap mempertahankan produktifitas pertanian. Pendekatan yang ditawarkan SLPG ini akan menjawab empat tantangan pengelolaan ekosistem gambut yakni, mencegah kebakaran lahan gambut, mencegah degradasi lahan gambut akibat penggunaan pupuk kimia, peningkatan pendapatan petani, serta perlindungan ekosistem gambut.
BRG sudah memulai SLPG sejak tahun 2018. Hingga Juli 2020, sudah ada 1.018 kader Petani Peduli Gambut di 7 provinsi target restorasi gambut dengan 265 demplot pertanian alami dan tanpa bakar. Untuk provinsi Kalimantan Tengah sampai tahun 2020 ada 122 kader SLPG yang mengembangkan 40 mini demplot (kebun percontohan).