Produksi per hektar mencapai 35 ton, bukti revitalisasi lahan gambut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
Pada hari Senin, 27 Juli 2020, Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, dalam rangka meresmikan panen raya ubi di Desa Karya Indah, Kecamatan Tapung dan pengecekan Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG) di kawasan tersebut. Panen raya ubi itu adalah upaya BRG melalui kelompok masyarakat (Pokmas) binaannya mendukung ketahanan pangan nasional. Sedangkan pengecekan IPG adalah bagian dari pemeliharaan fungsi dan persiapan menjelang musim kemarau untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan.
Panen raya ubi dilakukan di lahan seluas 10 hektare yang dikelola oleh Pokmas Tunas Karya, Desa Karya Indah, kelompok binaan BRG melalui Tugas Pembantuan (TP) Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau. Estimasi produksi ubi di lahan ini adalah 35 ton per hektare dengan masa produksi 8-10 bulan atau rata-rata satu kali panen per tahun.
Sedangkan pengecekan IPG dilakukan di fasilitas sumur bor yang dikelola oleh Pokmas Masyarakat Peduli Api (MPA) Karya Indah di Desa Karya Indah dan sekat kanal oleh Pokmas Gotong Royong. Fasilitas IPG ini merupakan bagian dari 1.075 sumur bor yang ada di sembilan Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) yang ada di Riau dan 1.412 unit sekat kanal yang dibangun pada 2017-2019.
Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead mengatakan pengalihfungsian lahan gambut terbuka menjadi lahan produktif antara lain untuk pertanian ubi seperti di Desa Karya Indah memainkan peranan penting dalam mendukung kedaulatan pangan masyarakat dan ketahanan pangan nasional. “Dengan produksi mencapai 35 ton, pertanian di lahan gambut ini menjadi bukti nyata bahwa revitalisasi lahan gambut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan sekaligus mengurangi risiko kebakaran di musim kemarau, program revitalisasi ekonomi tentu harus berjalan beriringan dengan program pembasahan gambut,” kata Nazir Foead. “Dengan tujuan persiapan memasuki musim kemarau dan mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan, fasilitas IPG perlu senantiasa dicek fungsinya supaya senantiasa optimal dalam melakukan pembasahan gambut.”
Lahan yang kini ditanami ubi tadinya merupakan lahan yang dipenuhi semak belukar dan sering terbakar. Ketua Pokmas Tunas Karya, Zamzami, mengatakan pada 2018 lahan itu dilanda kebakaran besar. Pokmas Tunas Karya kemudian mendapat bantuan untuk mengolah lahan yang pernah terbakar itu menjadi ladang ubi sejak September 2019 dan kini hasilnya sudah siap dipanen.
“Dengan harga jual ubi Rp 1000 per kilogram kami estimasi bisa mendapat hasil bersih Rp20 juta per hektare per tahun. Tapi sekarang sedang ada kendala harga turun sejak terjadinya pandemi COVID-19,” tutur Zamzami. “Solusinya, kami melakukan kerjasama pemasaran dengan Koperasi Petani Gambut Riau, di mana mereka membeli ubi kami untuk diolah menjadi bahan setengah jadi seperti gaplek, bahan pakan ternak, tepung mokaf sebagai bahan baku cake atau kue-kue lainnya.”
Sementara itu, terkait pemeriksaan IPG di Desa Karya Indah, Kepala Sub Kelompok Kerja Provinsi Riau, Sarjono Budi Subechi, mengatakan ada dua tujuan pengecekan sumur bor dan sekat kanal, yaitu pertama, dalam rangka pemeliharaan fungsi IPG menjelang musim kemarau, dan kedua, untuk melakukan kegiatan pembasahan yang disebut dengan istilah Operasi Pembasahan Gambut Rawan Kekeringan (OPGRK) dan Operasi Pembasahan Cepat Lahan Gambut Terbakar (OPCLGT).
“OPGRK dilakukan pada waktu musim kering dan tidak hujan untuk mencegah kebakaran, dengan memeriksa tanda-tandanya selama 10 hari. Setelah ada laporan dari BMKG, Sipalaga, TMA-nya naik, baru kami laksanakan OPGRK. Timnya terdiri dari Pokmas, MPA, Babinsa, dan masyarakat setempat,” ucap Budi Subechi. Sedangkan OPCLGT merupakan operasi pembasahan lahan yang dilakukan secara cepat untuk menanggulangi kebakaran.
Bupati Kabupaten Kampar, Catur Sugeng, yang turut mengikuti jalannya kunjungan kerja ini menyatakan dukungannya terhadap kegiatan yang dilaksanakan masyarakat. “Pemerintah daerah terus mendukung program BRG mendampingi masyarakat meningkatkan kapasitas ekonomi desa. Ini menjadi bukti bahwa pemerintah hadir mendukung kepastian ketahanan pangan dan geliat ekonomi petani kecil, terutama pada masa pandemi ini,” ucap Sugeng.
Kedepannya, BRG akan membantu dan memastikan penyerapan produk pertanian, peternakan dan hasil produksi lain dari masyarakat di lahan gambut terjamin. “Ini sesuai dengan arahan dari Presiden Joko Widodo,” tutup Nazir.