Angka kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sumatera Selatan (Sumsel) tahun 2021 mencapai 5.245 hektar (ha). Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan luas karhutla di tahun 2020 yang sebesar 950 ha.
Peningkatan itu menjadi perhatian khusus dari pemerintah pusat dan daerah sehingga mengembangkan konsep pengelolaan lahan gambut tanpa bakar (PLTB) yang diterapkan oleh masyarakat lokal, khususnya petani.
Hal itu membuat Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) melibatkan 340 kader petani untuk ikut dalam Program Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG) demi mengatasi karhutla di Sumsel.
Adapun program tersebut adalah mengedepankan pendekatan berbasis desa, yakni Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG).
Dalam program itu, BRGM memberikan edukasi dalam pemeliharaan infrastruktur pembahasan gambut (IPG), pembangunan demotration plot (Demplot), serta integrasi restorasi gambut dalam perencanaan desa untuk melakukan pengendalian kebakaran hutan dan lahan.
Kepala kelompok kerja (Kapokja) Edukasi dan Sosialisasi BRGM, Suwignya Utama mengatakan tahun 2021 kegiatan SLPG telah diikuti oleh 340 kader petani di enam provinsi.
“Tahun 2021, kegiatan SLPG ini diikuti langsung oleh 340 kader petani yang berasal dari 6 provinsi, yakni Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan,” ungkap Suwignya dalam keterangan pers yang diterima oleh tribunsumsel.com, Kamis (24/3/2022).
Lebih lanjut, Suwignya menyampaikan kegiatan SLPG ini akan diadakan dari Mei hingga Juni mendatang.
Dalam kegiatan itu, petani akan dilatih secara intensif untuk menyiapkan lahan PLTB, pembuatan pupuk organik, pembenahan tanah, nutrisi dan pengolahan pestisida dengan bahan alami.
“Masyarakat wajib menerapkan pelatihan yang telah diberikan dan membuat mini demplot PLTB. Ini nantinya menjadi tolok ukur keberhasilan dan keberlanjutan program SLPG,” ujarnya.
Rupanya, kegiatan ini mendapatkan respons yang positif dari berbagai kelompok masyarakat (Pokmas).
Salah satunya Pokmas Meraja Sari III di desa Danau Tampang, Kecamatan Sungai Rotan, Kabupaten Muara Enim, Sumsel.
Kepala daerah (Kader) Pokmas Doni yang ikut dalam SLPG akan mengajarkan kembali ilmu yang didapat kepada masyarakat desa Danau Tampang dalam menerapkan pertanian alami dengan teknik tanpa bakar serta menjaga kelestarian tanah.
“Melalui program SLPG ini kesadaran masyarakat desa meningkat. Terutama dalam membuka dan mengelola lahan gambut tanpa dibakar. Selain itu, kegiatan ini juga memberikan pengetahuan kepada kami dalam pembuatan pupuk organik,” ujar Ujang.
Lebih lanjut, Ketua Pokmas Meraja Sari III, Ujang berharap agar kegiatan SLPG terus dijalankan dan melibatkan seluruh anggota serta masyarakat desa. Ini agar ilmu yang diberikan dapat diserap secara merata dan tidak terbatas pada kader petani.
Salah satu Kader Petani Pokmas Meraja Sari III, Doni, mengatakan, usai mengikuti SLPG, dirinya bisa membantu masyarakat dalam mengelola lahan tanpa bakar dan pembuatan pupuk organik,
“Tetapi disayangkan, dalam peningkatan pendapatan tidak terasa, karena hasil panen tidak menentu, bergantung pada musim, dan hasil panen menjadi konsumsi kami sendiri,” ungkap Doni,
Hal tersebut karena SLPG belum memberikan solusi bagi petani untuk memasarkan hasil panen. Padahal, pada daerah tertentu, hal ini berpotensi menjadi kendala bagi para pokmas. Mengapa?
Hal tersebut karena letak pasar terlalu jauh dari desa, sehingga hasil produk dari lahan gambut yang dikelola oleh petani terhambat di masalah distribusi dan penjualan.