Analisis citra satelit menunjukkan terdapat 106.134 hektar tambak yang sebelumnya berupa hutan mangrove di Kaltara.
Hutan mangrove di Kalimantan Utara banyak dieksploitasi sejak tahun 1990-an. Untuk merehabilitasinya, pemerintah menargetkan penanaman mangrove di lahan 31.374 hektar sampai 2027.
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mencatat, dari analisis citra satelit, terdapat 106.134 hektar tambak yang sebelumnya berupa hutan mangrove di Kaltara. Sebanyak 49 persen di antaranya berada di kawasan hutan. Untuk itu, sejumlah titik ditargetkan untuk direhabilitasi.
”Target kita adalah mangrovenya jadi, bisa bermanfaat untuk perlindungan pesisir, tetapi masyarakat juga memperoleh penghidupan sehingga dapat mendorong keberlanjutan rehabilitasi mangrove,” ujar Kepala BRGM Hartono Prawiraatmaja, Selasa (25/6/2024).
Hartono menjelaskan, BRGM telah melakukan kick off (peluncuran) rehabilitasi mangrove di Kabupaten Tana Tidung, Kaltara, pada 24 Juni 2024. Kegiatan itu dihadiri Franka Braun, Lead Environmental Specialist Bank Dunia, Indonesia-Timor Leste, dan Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang.
Program yang dijalankan itu bertajuk Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) yang berjalan sampai 2027. Pada tahap awal di Kaltara, BRGM merehabilitasi lahan mangrove dengan luas petak 344 hektar di Desa Sengkong, Kabupaten Tana Tidung. Masyarakat di sana sudah memiliki surat keputusan perhutanan sosial untuk area tersebut sejak tahun 2018.
Dari penelitian yang dilakukan BRGM, masyarakat pesisir Kaltara punya ketergantungan terhadap budidaya perikanan tambak. Untuk itu, program rehabilitasi mangrove menggunakan pola tumpang sari antara tambak dan mangrove atau silvofishery.
Itu adalah sistem pertambakan teknologi tradisional yang menggabungkan usaha perikanan dengan penanaman mangrove. Petambak diajak menanam mangrove di area tambak.
Kegiatan penanaman mangrove di wilayah tambak diharapkan dapat mengembalikan tutupan lahan pada tambak. Itu ditargetkan bisa merehabilitasi mangrove yang memberi manfaat lingkungan dalam memitigasi perubahan iklim. Selain itu, warga diharapkan mendapat manfaat ekonomi berupa hasil panen perikanan yang berkelanjutan.
Program itu melibatkan sejumlah ahli agar program berhasil. Para ahli berperan menganalisis dan memberi masukan agar mangrove bisa tumbuh baik dan tidak menurunkan produktivitas tambak.
Gubernur Kaltara Zainal Arifin Paliwang berharap, program yang dijalankan berbagai pihak ini bisa berjalan baik. Ia ingin program rehabilitasi ini turut memulihkan ekosistem hutan mangrove di Kaltara yang sudah lama dialihfungsikan.
Baca juga: Menggandeng Petambak Rehabilitasi Mangrove Kaltara
”Terutama (untuk memicu perkembangan) hewan-hewan penghuni mangrove yang dapat menjadi sumber mata pencarian bagi masyarakat pesisir,” kata Zainal.
Untuk diketahui, ekosistem mangrove memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan karbon hingga 3-5 kali dibandingkan tanaman teresterial. Selain itu, ekosistem mangrove juga memiliki peran penting dalam perlindungan pesisir. Hutan mangrove berfungsi menjaga garis pantai agar tetap stabil dan mencegah erosi air laut.
Target empat provinsi
Program M4CR adalah program rehabilitasi mangrove yang didukung pendanaan Bank Dunia mulai tahun ini. Dana itu disalurkan melalui Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup kepada BRGM, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Selain Kalimantan Utara, program M4CR menarget tiga daerah lain, yakni Sumatera Utara, Riau, dan Kalimantan Timur. Franka Braun berharap dalam tiga tahun ke depan target rehabilitasi mangrove seluas 75.000 hektar di empat provinsi itu bisa optimal.
”Dengan melibatkan ratusan ribu warga masyarakat di Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara,” katanya.
Menurut Braun, edukasi dan sosialisasi pelestarian lingkungan penting untuk terus dijalankan dengan pelibatan masyarakat. Dalam konteks rehabilitasi mangrove, program padat karya masyarakat dijalankan dalam penanaman dan perawatan.
Apalagi, katanya, Indonesia memiliki program rehabilitasi mangrove yang paling ambisius di dunia, yakni 600.000 hektar. Ia berharap M4CR atau mangrove untuk ketahanan pesisir bisa turut mewujudkan target itu.