Perubahan metode budidaya dan cara tanam petani di lahan gambut paska bencana kebakaran hebat tahun 2015, mulai memetik hasil. Petani gambut di Riau banyak menanam nanas menjadi salah satu buah yang dibudidayakan di lahan gambut tipis. Bahkan hasilnya sekarang menjadi komoditas ekspor buah menjanjikan.
Kelompok tani di desa Pagaruyung, Kabupaten Kampar, Riau yang sudah lama bertanam nanas sudah mampu menjual hasil budidaya nanas mereka ke Batam, dimana kemudian dari pasar Batam diekspor ke Singapura. Sebagaimana diketahui, Desa Pagaruyung tadinya merupakan salah satu desa yang rawan karhutla di Provinsi Riau.
Tahun 2017, BRG melalui bantuan program Revitalisasi Ekonomi Budidaya Nanas kemudian mampu menginpirasi petani untuk ikut menanam nanas pada lahan-lahan tidur. Hingga tahun 2019 hamparan tanaman nanas di desa tersebut terus dikembangkan hingga mencapai luas sekitar 200 hektar, yang juga efektif menekan kebakaran lahan gambut. Awalnya hasil panen nanas juga diolah menjadi produk turunan seperti dodol nanas, keripik nanas yang dikemas sehingga layak di jual-belikan pada pasar tradisional maupun modern.
Namun kini dengan keberhasilan memasok hingga pasar negara tetangga, kelompok tani ikut senang. Legimin, petani nanas dari kelompok tani desa Pagaruyung mengatakan:” Buah nanas ini mampu mendongkrak ekonomi petani nanas disini. Potensi penamanan nanas di lahan gambut itu luar biasa besar, sebab nanas budidaya paling efisien.”
“Berkat bantuan Badan Restorasi Gambut (BRG) untuk pertanian nanas di lahan kita bisa berkali-kali panen dan menikmati manisnya lahan gambut yang terbasahi dan terawasi dengan baik,” ungkap Legimin.
Misngadi, pendamping Kelompok Masyarakat (Pokmas) Riau, menambahkan, perawatan nanas sangat cocok di lahan gambut tipis. Hasil dari budi daya nanas di lahan gambut ini sudah dijual ke beberapa wilayah di Indonesia. “Kami sudah membuka link antarprovinsi juga di pertengahan 2020, salah satunya,” ucap dia. Misngadi menyebut, saat ini harga nanas per gandeng, berisi dua buah nanas besar, dihargai Rp 7.000.
Selain pasar lokal, mereka juga sudah bisa mengirim sampai Jakarta sebanyak 12.000 butir per bulan. Kemudian untuk pasar Batam/Singapura, petani nanas bisa mengirim hingga 15000 butir per bulan. Dari 8 kabupaten di provinsi Riau setiap tahun petani bisa produksi 132 ribu butir nanas (data Koperasi Petani Gambut Riau/KPGR Maret 2020).