Gagasan pertanian tanpa bakar oleh masyarakat di perdesaan gambut turut menjadi tema diskusi pada Conference of the Parties (COP24) di Katowice, Polandia, pada 2-14 Desember 2018 atau Konferensi Perubahan Iklim PBB. Pemilihan tema tersebut menurut Paviliun Indonesia sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan ekosistem gambut.
Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRG, Myrna A Safitri menuturkan praktik pertanian dengan membakar jelas menimbulkan kerusakan ekosistem gambut. Dampaknya adalah berkurangnya daya dukung lingkungan. Jika terus menerus dilakukan, kondisi lingkungan semakin memburuk dan berakibat fatal pada kesehatan masyarakat.
“Kegiatan restorasi gambut telah disertakan dalam rencana pembangunan desa jangka menengah di sebagian besar lokasi DPG. Desa-desa tersebut telah mengalokasikan anggaran mereka untuk mendukung kegiatan kelompok masyarakat peduli api, pelatihan pengrajin perempuan dan kelompok tani, pembangunan sekat kanal, revegetasi dan pengayaan demplot lahan pertanian tanpa bakar dan tanpa pupuk kimia”, ucap Myrna.
Informasi selengkapnya bisa Anda baca melalui tautan berikut ini :