Ekosistem mangrove di Provinsi Papua kini sudah mengalami kerusakan parah.
Berdasarkan data Badan Restorasi Gambut dan Mangrove ekosistem mangrove masuk kategori rusak kritis di Papua cukup luas, sekitar 58.971 hektare (ha) dari 637.000 ha mangrove rusak kritis nasional.
Sekretaris Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Dr. Ayu Dewi Utari, pada Sosialisasi Restorasi Gambut dan Mangrove Provinsi Papua, Kamis (15/7/2021) menyebutkan Luasan mangrove kritis ini menjadikan Papua satu dari 9 provinsi di Indonesia.
“Target indikatif rehabilitasi mangrove sampai tahun 2024.,” ucapnya.
Kegiatan rehabilitasi mangrove (BRGM) menggunakan pendekatan padat karya.
“Penanaman bibit mangrove, pelaksananya adalah masyarakat. Dampak rehabilitasi mangrove dirasakan dalam tapi jangka panjang,” ucapnya.
Pulihnya ekosistem mangrove, kedepannya dapat dikembangkan menjadi ekowisata.
“Pengembangan ekowisata mangrove memiliki potensi ekonomi yang tinggi bagi masyarakat di areal mangrove, “trennya, orang-orang lebih memilih untuk kembali ke alam” tambah Ayu.
Selain rehabilitasi mangrove, Papua juga, sebagaimana tertuang dalam Perpres No. 120 Tahun 2020, termasuk wilayah kerja BRGM untuk fasilitasi restorasi gambut.
“Upaya restorasi gambut di Papua ini bukan hal baru, kami melanjutkan kegiatan pada periode sebelumnya,” tutur Ayu pada kegiatan sosialisasi yang dilakukan secara virtual ini.
Sebelumnya Badan Restorasi Gambut, telah berhasil melakukan restorasi di Papua. Sampai tahun 2020, 391 ha lahan sagu, 175 ha lahan sawah dan diberikan 69 paket bantuan revitalisasi ekonomi masyarakat yang tersebar di 69 Kampung di 11 Kesatuan Hidrologis Gambut Papua.
“Tahun ini, fokus kegiatan restorasi gambut BRGM juga pada revitalisasi ekonomi (RE) masyarakat. RE berfungsi memberikan pemahaman dan bukti kepada masyarakat bahwa adanya ekosistem yang utuh setelah direstorasi akan memberikan manfaat ekonomi jangka panjang sehingga kelangsungan restorasi ini layak harus berlanjut.
Jenis bantuan yang direncanakan BRGM diantaranya adalah Budidaya Tanaman Sagu Lokal, Pengadaan Alat Tangkap Ikan Ramah Lingkungan, Peningkatan Produksi Abon Ikan, Pemanfaatan Pekarangan Rumah Budidaya Tanaman Buah serta Pembuatan Tepung Pisang.
Kegiatan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove yang dilaksanakan BGRM juga mendorong program pemulihan ekonomi nasional pada masa pandemi COVID-19 di Indonesia.
Sedangkan, untuk mencapai target yang telah direncanakan tahun ini diperlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, unit pelaksana teknis, dinas, lembaga swadaya masyarakat, universitas dan masyarakat.
“Mustahil rasanya untuk mencapai target ini tanpa dukungan dari rekan-rekan di daerah,” ujar Ayu pada saat membuka kegiatan sosialiasi ini secara resmi.