Bulan Ramadhan yang lalu menjadi waktu yang berharga untuk pengendalian diri, membuka pikiran serta mempersiapkan hati yang bersih, jiwa yang sehat dan pola pikir sesuai dengan yang disyariatkan agama untuk menjalani bulan yang suci tersebut.
Bertepatan dengan bulan Ramadhan tersebut juga Badan Restorasi Gambut bekerja sama dengan Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) mengadakan rangkaian Diskusi Digital/Seminar Daring yang melibatkan lintas agama kepercayaan membahas hal-hal terkini terkait lingkungan dan alam sebagai karunia Tuhan serta keselarasan perilaku kita sebagai makhluk atau khalifah Allah SWT di muka bumi atau sebagai wakil, pengganti atau duta Tuhan di muka bumi dimana harus sadar dengan konsekuensi tersebut dan akan dimintai tanggungjawab dalam pelaksanaan tugas suci kekhalifahannya.
Adapun Serial Seminar Daring Agama dan Lingkungan yaitu:
Dalam setiap Seminar Daring Agama ini dihadiri ratusan peserta, peminat dan pemerhati diskusi lintas agama dan kepercayaan. Mereka juga sangat antusias dan berminat mempelajari keterkaitan agama dan ekologi. Bagaimana manusia dalam bertindak dan kontrol diri membentuk kepedulian terhadap sumber daya alam dan lingkungan.
Dalam pembukaan pun ditekankan oleh Deputi Edukasi, Sosialisasi, Partisipasi dan Kemitraan BRG, Dr. Myrna A. Safitri bahwa serial Seminar Daring Agama dan Lingkungan ini adalah bagian dari penyadartahuan dan edukasi yang dilakukan BRG melalui jalur keagamaan dengan mengedepankan pihak pemuka agama untuk penyampaian pesan pemulihan lingkungan dari sisi relijius. Selain memberi pelatihan dan pembekalan pada pemuka agama, BRG sudah menjalin kerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia, Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia untuk membantu mengkampanyekan pesan-pesan cinta lingkungan dan upaya pemulihan gambut.
Agama dan kepercayaan menawarkan banyak kisah-kisah teladan dan inspiratif yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat desa gambut yang sekaligus umat agama masing-masing. Aneka ragam kisah dan pesan-pesan ini diperkaya dengan kebijakan lokal yang sudah lama ada dalam masyarakat dan dijalankan turun temurun sebagai penghormatan pada nilai suci alam lingkungan, misal pada masyarakat Dayak, Sunda wiwitan, Lombok atau masyarakat tradisional lain. Kesamaan secara garis besar bahwa alam sesungguhnya adalah Ibu bagi semua. Seluruh energi, penghormatan dan keyakinan sepantasnya dicurahkan untuk menghormati alam sebagai Ibu.
Yang kedua, semua unsur dan elemen di dunia adalah saling terkait, tak terlepas satu sama lain. Satu tindakan positif yang kita lakukan saat ini akan berdampak memberi energi positif di bagian dunia lain, dengan saling menghormati dan bertanggung jawab. Demikian pula sebaliknya akan terjadi jika perilaku kita hanya merusak, mencari keuntungan sesaat dan memberi energi negatif pada lingkungan sekitar.