No:05/SIPERS/BRGM/02/2023
Dapat disiarkan segera
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menggelar konferensi pers terkait antisipasi menghadapi musim kemarau dan bencana kekeringan tahun ini. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai Kementerian dan Badan antara lain, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Kementerian Pertanian (15/02).
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko, menyampaikan bahwa tahun ini, Indonesia akan mengalami musim kekeringan panjang mulai dari bulan Maret, hingga puncaknya bulan Agustus, sehingga diperlukan kolaborasi para stakeholder. Pihaknya sendiri sudah mengintervensi sarana dan prasarana yang ada, dengan memastikan volume bendungan. “Sebagai contoh, kalau daerah tersebut masih hujan, itu ada juga masih yang musim hujan. Itu pintu kami buka. Kalau pintu kami buka pada saat terjadi hujan, bisa mengurangi banjir,” kata Jarot.
Prediksi musim kemarau panjang ini merupakan dampak dari fenomena La Nina yang dialami Indonesia selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2020 – 2023,curah hujan lebih banyak meskipun di musim kemarau. Namun pemantauan terbaru suhu permukaan laut di Samudera Pasifik menunjukkan bahwa saat ini intensitas La Nina terus melemah dan menuju kondisi Netral yang diprediksi akan terus bertahan hingga pertengahan tahun 2023.
Dodo Gunawan, Plt. Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG menyampaikan,“ Setelah memasuki tahun 2023 menghabiskan musim hujan ke musim kemarau masih bersifat netral, namun memasuki pertengahan tahun 2023 ini, mulai akan ada indikasi El Nino yang bersifat lemah.” Dodo menambahkan, terdapat prediksi di beberapa wilayah yang mengalami kekeringan, dengan potensi curah hujan kurang dari 100 mm/bulan yang tersebar di Indonesia. Prediksi kekeringan ini, akan dijadikan acuan oleh kementerian atau lembaga untuk mengantisipasi terjadinya kekeringan.
Antisipasi kekeringan juga dilakukan oleh BRIN. Muhammad Abdul Kholiq, Direktur Kebijakan Pembangunan Lingkungan Hidup, Kemaritiman, Sumber Daya Alam dan Ketenaganukliran menyampaikan bahwa BRIN sudah menyiapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang akan dilakukan pada masa transisi musim melalui pembuatan hujan buatan. “Sekitar bulan Mei dan Juni TMC ini sudah bisa dimulai. Jika potensi awan masih ada, akan dihujankan,” tutur Abdul. Abdul melanjutkan, kegiatan TMC ini akan bekerjasama dengan BRGM, KLHK, Kementerian Pertanian serta BNPB.
Waspada musim kemarau ini juga diantisipasi oleh BRGM, turut hadir pula Kepala Kelompok Kerja Monitoring, Evaluasi, dan Pengembangan Data BRGM Dian Nur Amalia. “Upaya antisipasi menghadapi musim kemarau dilakukan BRGM dengan beberapa kegiatan, salah satunya operasi pembasahan, melibatkan kelompok masyarakat BRGM yang menjadi subordinasi dari satgas karhutla daerah setempat dengan membentuk 17 posko operasi pembasahan selama tahun 2022. Selain itu, telah terpasang 5 CCTV pemantauan asap karhutla secara digital di Jambi dan Riau, dan pemantauan potensi kebakaran melalui website SIPALAGA dan FDRS Gambut,” kata Dian.