SIARAN PERS
No: SIPERS/BRGM/10/11/2021
dapat disiarkan segera
Kepala BRGM, Hartono, beserta rombongan melakukan kunjungan kerja ke Desa Tanjung Putri, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Kunjungan kerja ke area ini dilaksanakan dalam rangka memantau progres demplot paludikultur yang dikembangkan oleh Kelompok Masyarakat (pokmas) Sumber Rezeki.
Paludikultur adalah budidaya pertanian yang tahan dalam kondisi genangan, menghasilkan biomassa yang cukup tanpa membawa dampak negatif bagi lahan gambut. Melalui kegiatan paludikultur, masyarakat diharapkan mampu memiliki alternatif mata pencaharian. Sebab pola paludikultur dimaksudkan untuk meningkatkan nilai lahan gambut bagi perekonomian namun tanpa meninggalkan prinsip kelestarian.
“Kegiatan Paludikultur ini adalah demplot untuk membuktikan bahwa lahan gambut dapat dimanfaatkan tanpa bakar. Asalkan masyarakat mengerjakannya dengan ketekunan untuk memperoleh hasil yang semakin baik secara berkelanjutan” imbuh Hartono.
Gambaran akan hal ini bisa dilihat dari contoh sukses yang berada di Desa Tanjung Putri. Tepatnya, di Demplot paludikultur Sumber Rezeki, yang beranggotakan 12 orang. Dari segi komposisi gender, jumlah perempuan dan laki-laki di pokmas ini hampir seimbang, yakni laki-laki 7 orang dan perempuan 5 orang. Pokmas Sumber Rezeki sendiri terbentuk sejak tahun 2013, diberikan mandat untuk mengelola lahan seluas 2 hektare.
Ketika pertama kali digagas pada akhir tahun 2020, mereka diberi bantuan kontrak sebesar 150 juta yang diperoleh menggunakan skema PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional). Dana ini kemudian dipergunakan untuk membeli bibit tanaman seperti terong, cabai dan daun bawang untuk memulai aktivitas pertanian. Terdapat banyak komoditas pada demplot paludikultur ini, mulai dari tanaman buah seperti mangga, sawo dan alpukat hingga tanaman pertanian seperti sawi, tomat dan jahe. Juga, pengembangan perikanan ikan gabus dan papuyu.
Tidak hanya lengkap, namun pokmas di Desa Tanjung Putri juga melakukan inovasi dengan menggunakan pupuk organik sebagai bahan untuk menyuburkan tanaman. Langkah ini didasari keinginan untuk menerapkan konsep pertanian ramah lingkungan. “Awalnya, kami membeli kotoran sapi dari luar untuk kami gunakan sebagai pupuk. Biaya yang kami keluarkan cukup banyak, yakni sekitar 40 – 50 ribu per karung diluar ongkos kirim” ujar Alan, Ketua Pokmas Sumber Rezeki.
Namun, pokmas ini kemudian memperoleh bantuan pada bulan Oktober 2021 lalu berupa 3 ekor sapi dari BRGM. Hasilnya, pokmas Sumber Rezeki kini mampu memproduksi pupuk organik dari kotoran sapi yang mereka ternak sendiri. “Meski baru berjalan sekitar 20 hari, namun kami berhasil mengumpulkan 1 ton pupuk organik dari kotoran sapi” tambah Alan.
Selain ramah lingkungan, penggunaan pupuk organik juga dimaksudkan untuk menjaga kualitas tanah agar tidak tercampur dengan bahan kimia. Strategi ini terbukti mendatangkan manfaat bagi pendapatan masyarakat, yakni tanah yang lebih subur dan hasil tani yang lebih baik. Berdasarkan data, total pendapatan masyarakat dari demplot paludikultur mencapai angka Rp 36.448.700. Dari jumlah itu, varietas tanaman yang paling banyak menyumbang pendapatan masyarakat adalah cabai, dengan total pendapatan hingga Rp 16.153.500.
Melihat hal ini, Kepala BRGM memberikan apresiasi kepada segenap unsur masyarakat yang telah memberikan sumbangsih yang signifikan terhadap pengelolaan lahan gambut. Apresiasi ini terwujud dalam bentuk tambahan bantuan pengembangan senilai 140 juta. “Kami berharap dengan adanya bantuan ini, aktivitas positif di lahan ini dapat terus dilanjutkan bahkan ditiru oleh pokmas di daerah lainnya” tutup Hartono.
Untuk informasi lebih lanjut kunjungi situs Badan Restorasi Gambut di www.brgm.go.id