No:12/SIPERS/BRGM/05/2023
Dapat disiarkan segera
Partisipasi aktif dari masyarakat merupakan kunci keberhasilan percepatan rehabilitasi mangrove, oleh karena itu Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menggelar Sekolah Lapang Masyarakat Mangrove (SLMM) yang dilaksanakan di Provinsi Papua Tengah dan Sumatera Utara. Di provinsi Papua Tengah, acara ini digelar di Kampung Bawei, Yeretuar, dan Goni, Distrik Teluk Umar, Kabupaten Nabire, provinsi Papua Tengah dan Desa Pasar Rawa Kecamatan Gebang, Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
BRGM merangkul masyarakat yang tinggal di sekitar area mangrove sebab penting untuk berpartisipasi secara langsung. Diharapkan dari kegiatan yang dilakukan selama empat hari tersebut mampu meningkatkan kapasitas dan kemampuan kelompok untuk melakukan rehabilitasi mangrove kembali
Pelaksanaan SLMM di provinsi Papua Tengah melibatkan 30 peserta dari 3 Kelompok Tani Hutan (KTH) Mangrove. Sedangkan peserta yang ikut dalam kegiatan SLMM di provinsi Sumatera Utara melibatkan 25 peserta dari 13 KTH Mangrove. Para peserta diajarkan untuk mengelola ekosistem mangrove mulai dari penyediaan benih hingga teknik – teknik dalam proses rehabilitasi mangrove, setelahnya peserta diajak untuk praktek persemaian pembibitan mangrove.
Berbagai pengalaman disampaikan oleh peserta sekolah lapang, Simon, Kepala Kampung Bawei, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah. “Tahun 2002 silam, di Wilayah Distrik Teluk Umar ini terjadi bencana tsunami yang mengakibatkan hilangnya pemukiman warga serta hutan mangrove yang ada menjadi rusak, sering kali air pasang dan masuk ke pemukiman. Kami sangat mendukung kegiatan Sekolah Lapang Masyarakat Mangrove ini. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini dapat membantu pemulihan dan kemajuan pada kampung yang sebelumnya terdampak bencana,” ujar Simon.
Para peserta SLMM Sumatera Utara diberikan pelatihan teknik persemaian mangrove.
Pengalaman berbeda diceritakan oleh Wahyudi, peserta SLMM Sumatera Utara. “Kegiatan sekolah lapang ini sangat mempengaruhi kebiasaan masyarakat di sekitar sini. Kami menggunakan mangrove untuk kebutuhan sehari – hari, untuk dijadikan bahan baku bangunan, setelah menebang kami tidak melakukan penanaman kembali, akibatnya air pasang masuk ke tambak atau pemukiman kami. Namun setelah diberikan pendampingan, dan pemeliharaan oleh BRGM kami sadar akan pentingnya ekosistem mangrove. Dampak yang paling terasa saat ini, hutan mangrove kami dipenuhi biota laut yang cukup banyak, ini membuat penghasilan kami bertambah,” kata Wahyudi.
Kepala Bidang PPKLRHL Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, Akmal Syahputra, mengapresiasi kegiatan SLMM, “Kami, dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara sangat mendukung kegiatan Sekolah Lapang yang dilaksanakan BRGM, khususnya terkait dengan rehabilitasi mangrove. Diharapkan para peserta dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik dan dapat menularkan apa yang didapat kepada anggota kelompok lainnya,” tutup Akmal.