SIARAN PERS
No:18/SIPERS/BRGM/11/2022
dapat disiarkan segera
Dalam menjalankan percepatan rehabilitasi mangrove, berbagai strategi dilakukan oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) mulai dari kegiatan prakondisi, perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi. Tentunya, BRGM tidak dapat bekerja sendiri dalam melakukan rehabilitasi mangrove perlu adanya koordinasi dengan pemerintah daerah sebagai penggerak otoritas daerah. Dengan demikian BRGM menggelar audiensi bersama Gubernur Sumatera Utara dengan bertempat di Kantor Gubernur Sumatera Utara (8/11).
“Hasil kegiatan BRGM di Sumatera Utara beserta tantangan dan rencana ke depannya, telah kami diskusikan dengan Gubernur Sumatera Utara.” Ucap Hartono, Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove.
Tahun 2021 lalu, BRGM telah melakukan rehabilitasi mangrove seluas 34.911 Ha di 9 provinsi prioritas dan 23 provinsi tambahan. Khusus di Sumatera Utara, BRGM telah berhasil melakukan rehabilitasi mangrove seluas 7.559 ha, yang berlokasi di 8 Kabupaten. Tahun ini, lokasi kegiatan percepatan rehabilitasi mangrove nasional dilaksanakan di 5 kabupaten yaitu Asahan, Deli Serdang, Kota Medan, Labuhanbatu Utara, dan Langkat dengan total luas mencapai 373 ha.
Pada kesempatan ini, BRGM juga menyampaikan terkait rencana kerja rehabilitasi mangrove melalui program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) dengan menggunakan skema pendanaan dari Bank Dunia. Pada program ini, BRGM akan dibantu oleh dua mitra kerja, yakni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) dalam penguatan kebijakan dan institusi untuk pengelolaan mangrove.
Program ini akan dilaksanakan di 4 provinsi yaitu Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara dengan target luas rehabilitasi mangrove mencapai 75.000 ha. Khusus di provinsi Sumatera Utara, luas wilayah rehabilitasi mangrove pada program M4CR mencapai 7.904 ha.
Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi menyampaikan, “Kami mendukung program rehabilitasi mangrove yang tengah dikerjakan oleh BRGM. Kegiatan rehabilitasi mangrove ini harus dipersiapkan dengan baik, dan mensosialisasikan program rencana rehabilitasi mangrove ini kepada para stakeholders.agar mendapat dukungan dalam kegiatan rehabilitasi mangrove.” ujar Edy.
Kepala Dinas Kehutanan provinsi Sumatera Utara, Herianto hadir dalam kesempatan ini. Ia mengatakan, “Komitmen kami adalah melestarikan mangrove yang sudah rusak. Dari 67.000 hektar kawasan mangrove, 42 ribu hektar perlu perbaikan. Selama 2018 – 2021 sudah hampir 8000 hektar mangrove yang kami perbaiki, dan untuk ini BRGM selama 2022 – 2023 akan rehabilitasi mangrove dengan minimal luas rehabilitasi mencapai 8000 hektar. “ ucap Herianto.
Herianto menambahkan, kegiatan rehabilitasi mangrove yang akan dijalankan nanti akan melibatkan seluruh stakeholders, terutama masyarakat mangrove. Nantinya, kelompok masyarakat yang terlibat dalam rehabilitasi mangrove, akan mendapatkan anggaran dari pemerintah secara langsung ke rekening masyarakat melalui skema account to account.
Hartono, Kepala BRGM dan Jajarannya Mengunjungi Lokasi Rehabilitasi Mangrove di Desa Tanjung Rejo, Sumatera Utara (8/11)
Salah satu kegiatan kunjungan kerja ini, Hartono Kepala BRGM juga memeriksa lokasi percepatan rehabilitasi mangrove BRGM menggunakan skema Anggaran Belanja Tambahan (ABT) Tahun 2022, yaitu di di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Lokasi penanaman ini dikelola oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Mandiri Mangrove dengan luas lahan mencapai 27 hektar (ha) menggunakan jenis bibit mangrove Rhizophora sp serta menerapkan pola tanam silvofishery.
Sutrisno, Ketua KTH Mandiri Mangrove mengatakan dari penanaman ini sangat memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar, “Dulu sebelum adanya mangrove ini, kami sangat terganggu dengan pasang air laut terutama di lahan tambak. Tetapi setelah diajarkan penanaman mangrove dengan pola silvofishery, hasil budidayaikan nila dan bandeng kami meningkat. Dalam satu kali panen, kami dapat menghasilkan 2 ton, dan meraih untung hingga 18 juta.” tutup Sutrisno. Sutrisno berharap, program rehabilitasi mangrove ini dapat terus berlanjut, tak berhenti di tahun 2024.
“Di lokasi ini, dilakukan pola tanam Silvofishery. Jadi tak hanya menanam mangrove, masyarakat juga dapat memanfaatkannya untuk budidaya ikan, dan kepiting sehingga nilai ekonomi masyarakat juga bertambah.” tutur Hartono.