No:03/SIPERS/BRGM/04/2023
Dapat disiarkan segera
Sesuai data dari Global Wetlands, Indonesia adalah pemilik lahan basah terbesar kedua di dunia seluas 36,458,236 hektar. Hal ini merupakan modal penting bagi pemerintah Indonesia untuk memainkan peran yang signifikan terkait pengendalian perubahan iklim di dunia. Sebab, lahan basah termasuk dalam ekosistem Bumi yang paling terancam. Lebih dari 80% dari semua lahan basah telah hilang sejak tahun 1700-an. Bahkan, sejak tahun 1970, setidaknya 35% lahan basah telah hilang.
Ancaman ini mendorong negara-negara di dunia untuk melakukan konservasi lahan basah melalui inisiatif kebijakan yang berkelanjutan. Pada bulan November lalu, Indonesia mendapatkan perhatian dunia dengan menerima anugerah Wetland City Accreditation, dalam penyelenggaraan Konferensi Ramsar ke – 14. Pemberian anugerah ini bertujuan untuk mendorong kota – kota besar di dunia untuk turut menjaga keberlangsungan lahan basah seiring dengan pembangunan kota secara berkelanjutan.
Kota Surabaya di Provinsi Jawa Timur serta Kabupaten Tanjung Jabung Timur di Provinsi Jambi termasuk di antara dua dari 25 kota yang meraih akreditasi kota lahan basah ini. Salah satu kota, Tanjung Jabung Timur, Jambi merupakan salah satu daerah yang menjadi target dari kegiatan restorasi gambut BRGM.
Kota Tanjung Jabung Timur memiliki lahan gambut seluas 266 ribu hektar (ha) atau sekitar 37% dari total lahan gambut di provinsi Jambi. Akhmad Bestari, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi mengatakan dalam proses menjaga lahan gambut, pihaknya dibantu oleh Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) dalam pelaksanaan restorasi gambut.
“Jambi sendiri merupakan provinsi ke – 3 yang memiliki lahan gambut terluas di sumatera, dengan luas 716.839 ha. Kegiatan pengelolaan lahan basah di Jambi, tak hanya berfokus pada pembangunan berkelanjutan namun juga memperhatikan aspek manajemen konservasi dan keberlanjutan lahan basah,”ujar Bestari.
Ia menambahkan, bahwa Provinsi Jambi tidak bekerja sendiri untuk melakukan kegiatan restorasi gambut. “Tentunya, kami bekerjasama dengan berbagai pihak, dalam hal ini BRGM ikut serta dalam restorasi gambut, melalui pembangunan infrastruktur sumur bor, sekat kanal, yang melibatkan masyarakat untuk menjaga serta merawat lahan gambut,” ucap Bestari.
Hal ini diamini oleh Soesilo, Kepala Kelompok Kerja Restorasi Gambut Wilayah Sumatera BRGM. “Selama tahun 2022, BRGM berhasil melakukan restorasi gambut di provinsi Jambi seluas 25.910.92 ha dengan pembangunan sumur bor sebanyak 80 unit, 57 unit sekat kanal, kegiatan revegetasi seluas 75 ha dan revitalisasi ekonomi sebesar 24 paket” kata Soesilo.
Soesilo juga menyampaikan dalam restorasi gambut tidak hanya terpaku pada teknik pembasahan. Berbagai upaya dilakukan oleh BRGM, mulai dari kegiatan pembasahan hingga pemberian edukasi kepada masyarakat untuk mengelola lahan gambut. Sebab, partisipasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan restorasi gambut.
“BRGM membangun infrastruktur restorasi gambut untuk mencegah terjadinya karhutla. Namun pembangunan dan perawatan infrastruktur saja tidak cukup, masyarakat perlu terlibat dalam kegiatan restorasi gambut sehingga memiliki pengetahuan sehingga dengan sendirinya menimbulkan kesadaran untuk menjaga lahan gambut,” tutup Soesilo.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Orang Kayo Hitam merupakan salah satu kelompok wanita binaan BRGM yang berlokasi di Kelurahan Simpang, Kecamatan Berbak, Kabupaten Jabung Timur, Jambi. KWT yang beranggotakan 12 orang ibu rumah tangga ini, memanfaatkan lahan gambut untuk dijadikan lahan pertanian dengan ditanami sayur – sayuran seperti kangkung, terong ,kacang dan jagung.
Hartati, Ketua KWT Orang Kayo Hitam bercerita, “Dulu, kami bingung bagaimana menanam tanaman di lahan gambut, karena sulit sekali tumbuh dan kurang subur. Namun tahun lalu, setelah mengikuti kegiatan Sekolah Lapang BRGM kami paham untuk mengelola lahan pertanian agar subur, pembukaan lahan tanpa bakar serta pestisida alami,” kata Hartati.
Namun Hartati mengaku masih mengalami kendala, beberapa waktu lalu lahan pertanian yang dikelola terendam oleh banjir, sehingga hasil panen kurang memuaskan. “Saat ini kami hanya memasarkan hasil panen di sekitar lahan saja, pemasukan kami setiap panen sekitar satu jutaan, sehingga kami berharap ada pelatihan pemasaran produk kami agar dapat memasarkan produk kami di pasaran,”tutur Hartati.
“Alhamdulillah kami merasa terbantu oleh pendampingan yang diberikan oleh BRGM, semoga kedepannya kami mendapatkan pelatihan – pelatihan yang bermanfaat untuk ibu – ibu KWT disini,” pungkas Hartati.
Kegiatan restorasi gambut di Provinsi Jambi akan terus dilanjutkan. Tahun ini, provinsi Jambi bekerjasama dengan BRGM menargetkan pembangunan 90 unit sumur bor, 60 unit sekat kanal, revegetasi seluas 66 Ha dan pemberian paket revitalisasi ekonomi sebanyak 25 paket.